Selasa, 12 April 2016

Artikel Spiritual Question



 IQ vs EQ
whose the Winner ?




                 Mahasiswa  pada era digital tentu berbeda dengan mahasiswa lima atau sepuluh tahun yang lalu, dimana salah satu perbedaan tersebut ialah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Mahasiswa dituntut untuk menguasai dan berinovasi seiring  perkembangan dua hal tadi, hingga dalam level tertentu dalam penguasaannya seseoranga mendapatkan gelar sesuai dengan bidang penguasaan yang mereka geluti.

Era ini  memaksa mahasiswa untuk lebih efektif dalam hal manajemen waktu yang berkaitan dengan etos kerja agar kegiatan  yang dapat dilakukan dapat dikalkulasikan kapan selesainya. Dampak dari itu semua, tumbuhlah seorang mahasiswa yang tingkat IQ (Intelegence Question) yang mapan yang sangat dibutuhkan dunia kerja. Namun pertanyaannya sekarang apakah itu semuanya cukup untuk hidup, apakah dengan memiliki kemampuan IQ yang tinggi seseorang dapat dengan lenggang meraih pekerjaan yang mereka sukai. 

 Tentu saja tidak semua. Masih ada kemampuan yang mesti harus disadari dan  coba untuk diasah. Apa itu ?
salah satunya ialaha EQ (Emotional Question). Spiritual Question akan menyempurnakan IQ tinggi yang ada pada diri seorang ,mengendalikan diri terlebih sebagai nilai tambah seseorang ketika berada di bangku interview penerimaan pegawai dalam satu perusahaan.

Kendati demikian, jarang sekali kampus negeri atau swasta yang memberikan tambahan pengetahuan tentang hal ini, padahal hal itu penting untuk modal masa depan seorang mahasiswa.  Menurut Stephen J. Stein dan Howard E. Book dalam ESQ power (2006), “IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, bahkan hanya 6%”.<sup><a href="#2">[1]</a></sup>  Dapat kita bayangkan betapa kecilnya peran IQ dalam kehidupan, namun mendapat perhatian nomor satu dalam dunia akademik. Berikut ini dari buku yang sama ada sebuah contoh menarik yang patut kita simak berikut ini, ada dua orang eksekutif Indonesia diutus ke negara Malaiysia oleh sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang untuk menawarkan kehormatan.
 Kedua eksekutif itu diundang makan malah di kediaman sang CEO. Setelah makan malam kedua eksekutif itu diajak untuk melihat-lihat koleksi barang antiknya. Dengan bangga sang CEO menjelaskan satu persatu koleksinya. 

Eksekutif-eksekutif tersebut mengikuti denga saksama setiap penjelasan yang diberikan oleh sang CEO. Saya tidak tahu apakah seberanya mereka menyukai barang antik tersebut atau tidak, yang  pasti mereka mengangguk-angguk mengiayakan dengan air muka penuh kekaguman.

Akhirnya sang CEO, calon klien pembeli pesawat terbang itu bertanya kepada salah seorangeksekutif Indonesia tadi, (kebetulan yang ditanya adalah seorang sarjana S2 di bidang penerbangan). Ia bertanya, “bagaimana menurut anda tentang koleksi saya itu ?”, sambil tersenyum bangga. Eksekutif itu spontan menjawab, “menurut saya, koleksi barang antik ini bagus-bagus, tetapi di Jalan Surabaya barang-barang seperti ini sangat banyak dan murah, Tuan.” Anda mungkin bisa membayangkan situasi yang terjadi pada saat “Lobbying”, akibat perkataan eksekutif tadi.

Secara teknis pendapat itu benar, bahwa barang antik memang banyak sekali dapat ditemukan di Jalan Surabaya Jakarta dan harganya jauh lebih murah. Itulah yang disebut IQ. Namun secara batiniah hal itu sungguh salah, alat untuk memahami hal ini disebut EQ.

 Hasil dari kunjungan tersebut adalah bahwa sang CEO merasa teresinggung dan batal membeli pesawart terbang buatan dalam negeri tadi. Jadi, kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk “mendengarkan” bisikan emosi, dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan.

Dengan demikian, ada baiknya kita mulai mengitrospeksi diri untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat nilai Spiritual kita. Apakah kita termasuk orang yang peka terhadap lingkungan dan sesama, apakah kita  orang yang senang berempati dan mudah dimintai tolong. Sadarilah semua  ini, agar anda terlahir sebagai mahasiswa yang ideal dengan kehidupan masa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2009 Secarik Kertas All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.